Oh, gini rasanya naik bus Damri dari Bandara Juanda

Belum lama ini, saya baru saja balik dari Jakarta ke Surabaya naik pesawat sendiri. Jujur ini baru pengalaman pertama kali. Biasanya, saya selalu bareng sama tim karena perjalanannya dalam rangka pekerjaan. Karena dalam rangka dinas dan serombongan, biasanya begitu mendarat di bandara, sudah ada yang menjemput kami dan saya tinggal manut saja. Tapi kali ini, saya harus mengatur transportasi secara mandiri.

Sebenarnya, saya nggak akan kehabisan opsi. Karena sebagaimana di terminal, di bandara pun kita akan langsung “diserbu” oleh banyak orang yang menawarkan taksi, travel, dsb. begitu keluar dari pintu kedatangan. Bisa aja saya pilih salah satu dan tinggal terima beres juga. Tapi saya lagi pengen hemat ongkos karena sebelumnya extend di Jakarta pakai biaya sendiri, nggak dibayarin kantor wkwkwk.

Biasanya, saya lebih suka pesan ojek motor online, tapi ternyata nggak bisa masuk ke bandara, harus pilih yang mobil. Jadi ya jatuhnya sama aja, nggak hemat-hemat banget. Untungnya saya teringat teman saya pernah cerita soal naik bus Damri dari Bandara Juanda ke Terminal Bungurasih.

Saat masih di Bandara Soekarno-Hatta, saya sempatkan cari-cari info soal bus Damri ini, dan emang lumayan hemat, Rp 35.000 saja sampai Bungurasih. Oke fix, saya tetapkan mau naik bus Damri aja nanti begitu mendarat.

Sebelum naik, kita harus beli tiket dulu di counter. Sebenarnya, ada satu counter di area dalam bandara tepat sebelum pintu keluar, berderet dengan counter taksi bandara. Tetapi, saat saya lewat, counter-nya kosong. Akhirnya, saya langsung berjalan menuju tempat pemberhentian bus di luar area kedatangan. Saya menghampiri petugas yang bawa tanda Damri dan langsung saya ditanyai mau turun mana. Begitu saya jawab Bungurasih, saya langsung diarahkan beli tiket dulu kemudian masuk ke bus yang belakang (ada dua bus Damri yang parkir, kalau nggak salah bus yang depan tujuan Terminal Bunder, Gresik). Ternyata, petugas tiketnya berjaga di counter yang ada di area parkir bus ini, pantesan yang di dalam tadi kosong. Oke, saya bayarlah tiketnya Rp 35.000 dan dapat karcis sebagai bukti pembayaran.

Lalu, saya naik ke bus. Di luar dugaan saya, ternyata busnya nyaman sekali. Jauh berbeda dari bayangan saya yang terakhir naik bus kota waktu masih SD puluhan tahun lalu. Busnya panas, kucel, bau solar dan aroma macem-macem jadi satu, bikin gampang mabuk perjalanan. Tapi bus yang ini bersih, kursinya empuk dan bagus, serta ber-AC. Bahkan, ada colokan listrik di masing-masing sisi bus, lumayan buat nge-charge hape. Hanya saja, space bagasi di atas kursi kabin lumayan sempit. Jadi kayaknya cuma cukup muat tas tangan aja. Alhasil, tas pakaian saya yang sebenernya juga nggak gede-gede amat harus masuk bagasi luar.

Selain armadanya yang nyaman, bus ini ternyata juga lewat tol Juanda-Waru. Jadi perjalanannya mostly lancar tanpa harus ikut kena macet di area Aloha dan Bundaran Waru. Palingan agak padat sedikit saja begitu keluar pintu tol Waru dan menuju area Terminal Bungurasih, tapi tetap nggak terlalu parah kok. Saya berangkat dari bandara pukul 16.40 WIB (barengan sama jam pulang kantor) dan tiba di terminal Bungurasih sekitar 30-40 menit alias lancar jaya.

Dari Bungurasih, saya menunggu sebentar Bus Suroboyo tiba dan langsung melanjutkan perjalanan ke halte terdekat dari tempat tinggal saya. Karena tarif Suroboyo Bus hanya Rp 5.000, total biaya saya dari bandara ke rumah hanya Rp 40.000 saja.

Karena sudah punya experience positif seperti ini, saya jadi nggak ragu untuk kembali memilih naik bus Damri lagi dari Bandara Juanda di perjalanan berikutnya.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *